Tiga Fase Tingkatkan Segmen Usaha Ultramikro. Ini Penjelasan Dirut BRI

bukti.id
Direktur Utama BRI, Sunarso (foto: ist)

Jakarta, bukti.id – Dalam sebuah webinar di Jakarta, Direktur Utama BRI, Sunarso, mengungkapkan hal mendasar bagi usaha segmen ultramikro.

Sunarso menyebut ada tiga fase sinergi untuk menciptakan perkembangan tahapan perjalanan yang terintegrasi bagi usaha segmen ultramikro.

Baca juga: Akad Masal Berlanjut. Rumah Murah Bagi Rakyat Dari BTN

“Kita akan membuat ekosistem dari tiga segitiga, (antara) BRI sebagai induk, ada Pegadaian, (dan) ada PNM (Permodalan Nasional Madani),” ujar Sunarso dalam webinar yang berlangsung Kamis (5/8/2021)

Sunarso bilang, fase pertama, adalah empower yang bertujuan melakukan pemberdayaan usaha kelompok masyarakat prasejahtera agar dapat menjadi wirausaha yang mandiri. Bagian ini akan didominasi oleh PNM yang akan membantu melalui group lending dan melalui pendampingan.

Kemudian, fase kedua ialah integrate yang berarti kebutuhan pendanaan tambahan dapat dilayani oleh BRI atau Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro untuk produk gadai.

Terakhir, yaitu fase upgrade, dalam arti usaha ultramikro agar naik kelas ke segmen makro dan dilayani oleh BRI melalui produk kredit umum pedesaan (Kupedes).

Dengan menjalankan tiga fase tersebut, dikatakan akan ada beberapa manfaat yang akan diperoleh. Di antaranya, Pertama, secara ekonomi akan memberikan hasil tambah bagi pemegang saham dari usaha ultramikro.

Secara sosial, akan meningkatkan kapabilitas usaha ultramikro melalui pemberdayaan usaha.

Yang ketiga, yaitu sustainable, yang berarti berkontribusi terhadap peningkatan literasi dan inklusi keuangan di Indonesia.

Baca juga: Aku SDC. Aku Siap Dongkrak UMKM Sidoarjo Naik Kelas

Sedangkan value proposition holding ultramikro terdiri dari enam poin, yaitu produk yang komprehensif, akses yang lebih luas, integrasi database, joint costumer acquisition, micro payment & beyond banking, dan pemberdayaan usaha.

“Sudah barang tentu komunikasinya kepada pelaku-pelakunya tak seperti ini, mereka gak ngertilah (misalnya) ngomong empowering. Komunikasinya harus ada bahasanya sendiri,” terang pria yang tergolong bankir senior itu.

Sebagai pengingat, Kementerian BUMN dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk berkomitmen mendukung pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) Indonesia untuk naik kelas.

Sunarso mengungkapkan di Jakarta, bahwa saat pelaku UMKM semakin kuat, diharapkan ketahanan ekonomi nasional pun akan semakin kuat. Untuk itu, pihaknya menegaskan pelaku UMKM harus diedukasi.

Baca juga: DPR Minta Perbankan Berperan Aktif

“Hal pertama yang perlu diedukasi adalah spirit entrepreneurship. Dengan demikian pelaku usaha memiliki semangat baja dalam mempertahankan dan mengembangkan usahanya,” ujar Sunarso dalam rilis.

Kedua, adalah edukasi pada kemampuan mengelola administrasi dan manajerial. Menurut Sunarso, ketika pelaku usaha UMKM mampu tertib administrasi dan manajerial, bank pun akan berebut menawarkan jasa layanan keuangan.

Faktor ketiga yang harus diedukasi adalah aksesibilitas. Bagaimana pelaku usaha UMKM bisa mengakses informasi, teknologi, pasar, termasuk memperoleh permodalan.

“Termasuk Good Corporate Governance Principles. Itu harus diajarkan kepada UMKM. Yang terakhir saya pikir itu sustainability. Harus dipikirkan journey dari usahanya. Kalau sekarang usaha ultra mikro maka target sekian tahun harus (naik kelas) ke mikro, kecil, dan bahkan menengah,” pungkas pria kelahiran Pasuruan, Jawa Timur tersebut. (hed)

Editor : heddyawan

Pemerintahan
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru