x bukti.id skyscraper
x bukti.id skyscraper

Ini 15 Wabah Renggut 25 Juta Nyawa

Avatar bukti.id
bukti.id
Sabtu, 25 Jul 2020 21:49 WIB
Nusantara
bukti.id leaderboard

Surabaya, bukti.id – Pandemi yang diakibatkan penyebaran virus mematikan di dunia memiliki sejarah sangat panjang, sejak wabah Justinian tahun 541 sampai Coronavirus Disease (COVID-19) di abad 21 ini. Bahkan virus terakhir yang mulai merebak di akhir tahun 2019 itu pun merupakan evolusi ketiga corona.

Sepanjang sejarah virus menginfeksi dunia, sudah lebih dari 25 juta orang meregang nyawa. Beberapa virus hingga kini masih aktif menjangkiti penduduk bumi, menelan korban jiwa dan belum ditemukan obatnya. Antara lain HIV/AIDS dan COVID-19.

Mengetahui jejak merebak hingga berakhirnya wabah yang telah berlalu bakal menambah wawasan dalam pola pandemic virus menyerang manusia dan langkah pencegahan yang sebaiknya tidak ditinggalkan. Seperti mematuhi protokol kesehatan yang ditetapkan organisasi kesehatan dunia (WHO) dan pemerintah Republik Indonesia.

1. Wabah Justinian

Pandemi ini disebut wabah Justinian karena pertama kali muncul di Konstatinopel, ibu kota Kekaisaran Romawi Timur, pada tahun 541. Kemudian menyebar seperti api melintasi Eropa, Asia, Afrika Utara dan Arab. Wabah ini menewaskan 30-50 juta orang yang diperkirakan hampir setengah dari populasi dunia kala itu.

"Orang-orang tidak mengetahui bagaimana cara melawannya kecuali menghindari mereka yang sakit," kata Thomas Mockaitis, profesor sejarah dari DePaul University.

Wabah ini tercatat sebagai tiga pandemi paling mematikan dalam sejarah. Pandemi ini disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis yakni organisme yang menyebabkan penyakit pes dan disebarkan melalui tikus. Infeksi fatalnya kemudian menyebabkan wabah di dunia.

"Mengenai bagaimana wabah berakhir, kemungkinan sebagian besar orang di tengah pandemi tersebut entah bagaimana mampu bertahan hidup dan mereka yang selamat memiliki kekebalan," ungkap Mockaitis.

2. Wabah Maut Hitam atau Black Death

Wabah akibat bakteri Yersinia pestis tidak pernah benar-benar berakhir dan kembali 800 tahun kemudian. Wabah Maut Hitam atau Black Death yang menyerang Eropa pada 1347, menewaskan 200 juta orang hanya dalam empat tahun.

Meski belum diketahui dengan pasti bagaimana wabah ini bisa berhenti, tapi menurut para ahli, itu berkaitan dengan jarak. Ini bisa dilihat dari bagaimana para pejabat berpikiran maju di kota pelabuhan Ragusa (Venesia), memutuskan untuk mengisolasi para pelaut yang baru datang sampai mereka terbukti tidak sakit.

Awalnya, para pelaut ditahan di kapal mereka selama 30 hari, yang kemudian dikenal dalam hukum Venesia sebagai trentino. Seiring berjalannya waktu, orang-orang Venesia menambah waktu 'isolasi paksa' menjadi 40 hari atau quarantino--kata asli dari karantina yang kini dilakukan warga dunia saat menghadapi wabah.

"Cara tersebut tentu saja memberikan pengaruh dalam penanggulangan wabah," ujar Mockaitis.

3. Wabah Besar London

Usai Black Death berakhir, London tidak pernah beristirahat. Wabah terus muncul di wilayah tersebut setiap 20 tahun mulai dari 1348 hingga 1665. Dalam 300 tahun, total terjadi 40 wabah.
Pada setiap epidemi baru yang merebak, sekitar 20% pria, wanita dan anak-anak yang tinggal di ibu kota Inggris itu terbunuh.

Wabah Besar 1665 merupakan yang terakhir dan terparah di London yang telah membunuh 100 ribu orang dalam tujuh bulan. Semua sarana dan hiburan umum ditutup dan pasien terinfeksi dipaksa tinggal di dalam rumah untuk mencegah penyebaran penyakit. Salib merah dicat di pintu-pintu mereka beserta dengan permohonan ampunan.

"Tuhan, kasihanilah kami".

Meskipun tampak kejam, tapi memaksa orang sakit diam di rumah mereka serta mengubur korban meninggal di kuburan massal, menjadi satu-satunya cara untuk mengakhiri Wabah Besar.

4. Wabah Cacar

Cacar pernah menjadi endemi di Eropa, Asia dan Arab selama beberapa abad--ancaman besar yang menewaskan tiga dari sepuluh orang yang terinfeksi dan meninggalkan bekas luka.

Cacar muncul di Amerika Utara pada 1600-an. Orang-orang mengalami gejala demam tinggi, menggigil, sakit punggung, dan ruam. Dimulai dari timur laut, cacar air kemudian memusnahkan hampir semua anggota suku asli Amerika.

Cacar menjadi epidemi virus pertama yang dapat diakhiri dengan vaksin. Pada 1770, dokter asal Inggris, Edward Jenner mengembangkan vaksin dari cacar sapi. Itu membantu tubuh menjadi imun kepada cacar air tanpa menimbulkan penyakit.

5. Pandemi Kolera Kelima (1881-1896)

Pada awal hingga pertengahan abad ke-19, kolera mengoyak Inggris dan membunuh puluhan ribu orang. Pandemi kelima (1881-1996) tercatat sebagai wabah kolera dunia terbesar di abad itu. Wabah ini menyebar ke seluruh Asia dan Afrika, dan menyebar ke Prancis, Jerman, Rusia, dan Amerika Selatan. Wabah 1892 di Hamburg, Jerman adalah satu-satunya wabah besar di Eropa di mana sekitar 8.600 orang meninggal di kota itu.

Teori ilmiah yang berlaku saat itu mengatakan bahwa kolera disebarkan melalui udara busuk yang dikenal sebagai 'miasma'. Tetapi seorang dokter Inggris bernama John Snow menduga bahwa penyakit misterius yang membunuh banyak warga ini berasal dari air minum London. Snow bertindak seperti detektif, menginvestigasi catatan rumah sakit dan kamar mayat untuk melacak lokasi tepat wabah.

Dia membuat grafik geografis kematian akibat kolera selama sepuluh hari dan menemukan fakta bahwa 500 infeksi fatal terjadi di sekitar pompa air di Broad Street, kota yang terkenal akan sumur air minumnya.

Dengan usaha keras, Snow meyakinkan para pejabat setempat untuk menghentikan penggunaan pompa di Broad Street. Setelahnya, infeksi kolera pun berhenti.

Apa yang dilakukan Snow memang tidak langsung menyembuhkan kolera dalam semalam, tetapi setidaknya berpengaruh pada upaya global untuk meningkatkan sanitasi di wilayahnya dan menjaga air minum dari kontaminasi.

6. Modern Plague (1894-1903)

The Modern Plague atau wabah modern dimulai pada tahun 1894. Wabah ini menelan korban lebih dari 10 juta orang di China, India, dan Hong Kong. Para ilmuwan kesehatan terbilang sangat lama menemukan vaksi penangkalnya. Sekitar 30 tahun kemudian atau tahun 1890, para ahli penelit, menemukan bagaimana infeksi bakteri menular dan vaksinnya berhasil diciptakan.

7. Pandemi Kolera Keenam (1899-1923)

Di tahun 1899–1923, pandemik kolera keenam terjadi dan menewaskan sekitar 800 ribu orang. Pandemik ini dimulai dari India lalu menyebar ke Timur Tengah, Afrika Utara, Eropa Timur hingga Rusia. Konon, penyebarannya dimulai dari Punjab, India ke Afganistan dan ke negara-negara lain.

Sementara, di Amerika Serikat, wabah kolera terakhir terjadi pada 1910-1911. Ini disebabkan oleh kapal uap pembawa orang yang telah terinfeksi kolera dari Napoli, Italia ke New York. Akhirnya, diputuskan untuk mengisolasi orang yang sakit ke Pulau Swinburne sebagai bentuk karantina.

VirusFotoDalamVirusFotoDalam

8. Flu Rusia (1889-1890)

Awalnya ini disebut dengan "Flu Asia" atau "Flu Rusia". Jenis ini dianggap sebagai wabah subtipe virus Influenza A H2N2, meskipun penemuan baru-baru ini menunjukkan bahwa penyebabnya menjadi subtipe virus Influenza A H3N8.

Kasus pertama terjadi pada Mei 1889 di tiga lokasi terpisah dan jauh antara lain Bukhara di Asia Tengah (Turkestan), Athabasca di barat laut Kanada, dan Greenland. Pertumbuhan populasi yang cepat pada abad ke-19, khususnya di daerah perkotaan membantu penyebaran flu dan akhirnya jadi wabah ke seluruh dunia.

9. Flu Spanyol (1918-1920)

Flu Spanyol melanda dunia dari Kepulauan Pasifik ke Kutub Utara selama Perang Dunia I. Ini merupakan epidemi terbesar kedua dalam catatan sejarah dunia. Karena virus influenza H1N1 ini memicu badai sitokin, atau over-aktivasi sistem kekebalan tubuh.

Penyakit ini membunuh anak-anak, dan orang tua dengan sistem kekebalan tubuh lemah. Bahkan juga orang dewasa muda yang sebelumnya sehat. Beberapa peneliti percaya bahwa pandemi dimulai di sebuah kamp rumah sakit pasukan di Prancis, di mana virus bermutasi dari burung ke babi kemudian ke manusia.

10. Flu Asia (1957-1958)

Flu Asia adalah wabah pandemik Influenza A subtipe H2N2, yang berasal dari Tiongkok pada 1956 dan berlangsung hingga 1958. Dalam masa dua tahun, Flu Asia menyebar dari provinsi Guizhou ke Singapura, Hong Kong, dan Amerika Serikat.Perkiraan jumlah korban meninggal karena flu Asia bervariasi tergantung pada sumbernya. Namun WHO menyebutkan penghitungan akhirnya yaitu sekitar 2 juta kematian.

11. Flu Hong Kong (1968-1969)

Pandemik Flu kategori 2 terkadang juga disebut dengan “Flu Hong Kong”. Penyakit ini disebabkan oleh strain H3N2 dari virus Influenza A, sebuah cabang genetik dari subtipe H2N2.

Flu ini menyebar dengan cepat ke negara lainnya seperti Singapura, Vietnam, Filipina, India, Australia, Eropa, dan Amerika. Serikat. Flu pandemik 1968 untungnya memiliki tingkat kematian relatif rendah yaitu 0,5%. Korban dari penyakit ini termasuk 500.000 penduduk Hong Kong.

12. HIV/AIDS (Worldwide, 1960- Sekarang)

Serangan HIV/AIDS terhadap penduduk dunia tergolong epidemi. Virus paling menakutkan sampai sekarang ini mulai muncul pada 1960. Meskipun saat-saat paling membuat bergidik terjadi selama tahun 1980-an. Pada 1980-an, HIV diyakini menginfeksi seseorang di setiap benua. Saat ini, ada sekitar 37 juta orang yang hidup dengan HIV.

Sejauh ini, virus HIV/AIDS telah menyebabkan kematian 39 juta orang. Bagi mereka yang memiliki akses ke obat-obatan antiretroviral, harapan hidup telah diperpanjang. Saat ini, virus ini sangat agresif di Afrika Sub-Sahara di mana setidaknya ada 68% kasus infeksi HIV / AIDS.

13. Corona SARS (2002-2003)

Virus corona pertama muncul di bumi pada 1937. Sejarah virus korona pada manusia dimulai tahun 1965 melalui riset yang dilakukan DA Tyrrell dan ML Bynoe dari Rumah Sakit Harvard, Inggris. Pada waktu bersamaan dan setelah itu, para peneliti lain mendapatkan virus-virus dengan karakteristik mirip dari orang-orang yang kena flu.

Virus ini kemudian dikenal dengan sebutan Corona SARS. Kasus pertama tahun 2002 di provinsi Guangdong, Cina Selatan. Tahun 2002-2003 Epidemi SARS menyebar sedikitnya di 26 negara di Asia, Eropa, Amerika Utara, dan Amerika Selatan. 8000 orang terjangkit, 800 korban meninggal.

Laman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, virus korona SARS (SARS-CoV) yang diidentifikasi pada 2003 diyakini dari hewan. Sumbernya diperkirakan kelelawar yang menular ke luwak lantas menginfeksi manusia pertama kali di Provinsi Guangdong, China, pada 2002.

Gejala SARS mirip influenza, seperti demam, menggigil, lemah, nyeri otot, sakit kepala. Batuk kering, napas pendek, dan diare tampak pada minggu pertama dan kedua, kemudian menjadi parah secara cepat sehingga perlu perawatan intensif.

Penularan virus dari manusia ke manusia lewat percikan cairan bersin dan batuk serta tinja umumnya terjadi di fasilitas kesehatan. Setelah dilakukan penerapan pengendalian infeksi yang tepat, akhirnya wabah SARS mereda dan berakhir pada Juli 2003.

14. Corona Mers (2012-Sekarang)

Gelombang wabah virus korona berikutnya adalah Sindrom Pernapasan Timur Tengah (Middle East respiratory syndrome/MERS). Penyakit yang disebabkan virus MERSCoV ini diindetifikasi di Arab Saudi tahun 2012. Sumber virus ini adalah unta. Belum dipastikan rute penularan dari unta ke manusia. Yang pasti, wabah terjadi akibat penularan dari manusia ke manusia di fasilitas kesehatan.

Orang yang terinfeksi bisa tanpa gejala, tapi ada yang batuk ringan, demam, napas pendek, hingga gangguan pernapasan akut parah yang perlu ventilator, bahkan kematian. Diare dan pneumonia juga dilaporkan.
Virus ini umumnya menyebabkan penyakit parah pada orang lanjut usia, orang dengan kekebalan tubuh lemah, serta yang memiliki penyakit kronis seperti gangguan ginjal, kanker, gangguan paru, dan diabetes.

Sejak September 2012, ada 27 negara di Asia, Afrika, Eropa, Amerika, melaporkan kasus MERS. Wabah besar terjadi di Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Korea Selatan. Meski wabah sudah berhenti, kasus MERS masih terus terjadi. Hingga kini dilaporkan ada 2.494 kasus positif MERS dengan 858 kematian.
15. Covid-19 (2019-Sekarang)

Virus corona baru disebut COVID-19 karena infeksi pertama pada manusia terjadi di akhir tahun 2019 di Wuhan, Provinsi Hubei, China. Virus diduga bersumber dari kelelawar yang menular ke hewan lain sebelum ”melompat” ke manusia.

Meski bentuknya mirip, virus ini memiliki perbedaan karakter sehingga dinamakan SARS-CoV-2 yang menyebabkan Covid-19 (penyakit akibat virus korona 2019). Seperti infeksi korona lain, tampilan klinisnya dari tanpa gejala, gangguan pernapasan ringan, pnumonia sampai gangguan pernapasan parah, gagal ginjal serta kematian. Penularan juga lewat percikan cairan dari bersin dan batuk. Masa inkubasi sekitar 2-14 hari, rata-rata gejala tampak pada hari ke-5.

Namun tetap ada perbedaannya dengan SARS dan MERS yang menular saat penyakit mulai parah, orang yang terjangkit COVID-19 bisa menularkan virusnya pada tiga hari pertama terinfeksi. Akibatnya, laju penularan Covid-19 sangat tinggi. Jika SARS sekitar 3, MERS kurang dari 1, laju penularan Covid-19 adalah 1,4-2,5.

Data per Sabtu (25/7/2020), COVID-19 sudah menginfeksi 15.538.736 (15,3 juta) orang di 216 negara. Dari jumlah itu, 634.325 korban meninggal dunia. Sebanyak 9.786.552 (9,7 juta) orang sembuh dan 5.567.616 pasien masih dalam perawatan. (ara)

Editor : Tudji

bukti.id horizontal
Artikel Terbaru
Rabu, 26 Mar 2025 13:31 WIB | Ekonomi
SURABAYA, Bukti.ID - BRI Unit Demak, Kantor Cabang Kusuma Bangsa, menggelar kegiatan berbagi takjil kepada masyarakat sekitar dan pengguna jalan pada ...
Rabu, 19 Mar 2025 12:37 WIB | Peristiwa
Beberapa hari terakhir, kawasan wisata di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) ‘diserang’ kabar tak sedap. Tersiar kabar jika diberlakukan pelarangan pem ...
Rabu, 19 Mar 2025 06:35 WIB | Hukum
Kejagung RI adalah satu diantara lembaga negara yang hadir pada Rakornas Desa 2025. JAM-Intel Kejagung RI menegaskan bahwa desa merupakan pilar utama dalam pemb ...