x iklan_super_apps
x iklan_super_apps

Sepertiga Anak-anak di Dunia Alami Keracunan Timbal

Avatar bukti.id
bukti.id
Jumat, 31 Jul 2020 08:43 WIB
Peristiwa
bukti.id leaderboard

Jakarta, bukti.id - UNICEF dan Pure Earth mengimbau penghapusan segera praktik-praktik berbahaya, termasuk daur ulang baterai asam timbal secara informal. Keracunan timbal dialami begitu banyak anak saat ini dan dalam kadar yang belum pernah terjadi sebelumnya. Demikian temuan yang dinyatakan dalam sebuah laporan baru yang diluncurkan hari ini oleh UNICEF dan Pure Earth.

Laporan tersebut adalah laporan pertama di dunia yang meneliti keracunan timbal pada anak. Ditemukan bahwa sekitar 1 dari 3 anak—atau hingga 800 juta anak di dunia—memiliki kadar timbal dalam darah sebesar atau lebih dari 5 mikrogram per desiliter (µg/dL).

Kadar ini akan menyebabkan seseorang membutuhkan perawatan, menurut standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat. Selain itu, hampir separuh anak yang terdampak berasal dari Asia Selatan.

“Keracunan timbal pada awalnya tidak menimbulkan banyak gejala, sehingga hal ini justru menjadi bahaya laten terhadap kesehatan dan tumbuh kembang anak dengan konsekuensi yang bisa jadi fatal,” ujar Henrietta Fore, Direktur Eksekutif UNICEF.

“Informasi tentang seberapa luas polusi timbal, dan pemahaman tentang dampaknya yang merusak terhadap kehidupan seseorang dan masyarakat, diharapkan memicu tindakan segera untuk melindungi anak dan menghentikan fenomena ini,” tambahnya.

Laporan itu menerangkan bahwa timbal bersifat neurotoksin yang menyebabkan kerusakan pada otak anak, dan kerusakan ini tidak dapat diperbaiki. Neurotoksin khususnya berbahaya bagi bayi dan anak usia balita karena kerusakan otak pada masa ini berarti terjadi sebelum otak dapat berkembang secara penuh. Akibatnya, anak akan mengalami gangguan neurologis, kognitif, dan fisik sepanjang hidupnya.

Paparan timbal pada anak juga telah dikaitkan dengan masalah kesehatan jiwa dan gangguan perilaku, serta peningkatan tindak kejahatan dan kekerasan. Laporan itu menyebutkan bahwa anak-anak pada usia lebih tua menghadapi konsekuensi berat, antara lain peningkatan risiko mengalami kerusakan ginjal dan penyakit kardiovaskuler saat dewasa kelak.

Pada negara berpendapatan rendah dan menengah, paparan timbal pada anak diperkirakan menimbulkan kerugian senilai hampir USD1 triliun akibat hilangnya potensi ekonomi anak-anak terdampak racun timbal sepanjang usia mereka. Menurut laporan tersebut, proses daur ulang baterai kendaraan, atau aki, yang mengandung asam dan timbal secara informal atau tidak memenuhi standar adalah penyebab utama keracunan timbal pada anak di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah.

Di negara-negara ini pula jumlah kendaraan bermotor naik tiga kali lipat sejak tahun 2000. Peningkatan kepemilikan kendaraan, dan kurangnya peraturan dan sarana daur ulang aki, mengakibatkan volume baterai kendaraan yang didaur ulang tanpa prosedur aman oleh pelaku ekonomi informal naik 50 persen.

Pekerja di usaha daur ulang aki, yang lingkungan kerjanya sering kali berbahaya dan ilegal, membongkar wadah aki, menumpahkan debu asam dan timbal ke tanah, kemudian melebur sisa timbal menggunakan tungku pembakaran model sederhana yang terbuka. Pembakaran mengeluarkan asap beracun yang mencemari lingkungan sekitar. Sering kali, pekerja dan masyarakat yang terpapar tidak tahu bahwa timbal adalah neurotoksin yang keras.

Sumber-sumber lain paparan timbal semasa kanak-kanak meliputi air yang berasal dari pipa-pipa berlapis timbal, timbal dari industri seperti pertambangan dan daur ulang baterai, cat dan pigmen yang mengandung timbal, bensin timbal yang secara historis merupakan sumber pencemaran utama meskipun ketersediaannya sudah amat berkurang dalam beberapa dekade terakhir, timbal solder dalam kaleng makanan, dan timbal di dalam bumbu-bumbu, produk kosmetik, obat-obatan tradisional, mainan, dan produk konsumer lain. Orang tua yang dalam pekerjaannya terpapar timbal sering kali pulang dengan debu yang sudah tercemar menempel pada pakaian, rambut, tangan, dan sepatu, sehingga tanpa sengaja membuat anak-anaknya terpapar unsur beracun itu.

“Kini, timbal sudah dapat didaur ulang dengan aman tanpa membahayakan pekerja, anak mereka, dan lingkungan sekitar. Area-area yang tercemar timbal pun bisa dipulihkan,” terang Richard Fuller, Presiden Pure Earth.

“Masyarakat bisa diedukasi tentang bahaya timbal dan dilatih melindungi diri sendiri dan anak-anaknya. Manfaat yang akan kita dapatkan dari hal ini luar biasa: kesehatan lebih baik, produktivitas meningkat, IQ lebih tinggi, tingkat kekerasan menurun, dan masa depan jutaan anak di dunia lebih cerah,” kata Richard Fuller.

Di negara-negara berpendapatan tinggi, kadar timbal dalam darah telah turun drastis sejak bensin bertimbal dan produk cat yang mengandung timbal tidak lagi diproduksi. Namun, kadar yang sama pada anak di negara berpendapatan rendah dan menengah masih tinggi serta, dalam banyak kasus, menyentuh tingkat yang berbahaya walaupun produk bensin timbal sudah dihapuskan secara global sejak sepuluh tahun yang lalu.

Laporan di atas menampilkan studi kasus dari lima negara. Di kelimanya, pencemaran timbal dan limbah logam berat beracun lainnya telah berdampak pada anak. Lokasi studi kasus adalah Kathgora (Bangladesh), Tbilisi (Georgia), Agbogbloshie (Ghana), Pesarean (Indonesia) dan Negara Bagian Morelos (Meksiko). (war)

Editor : W Aries

bukti.id horizontal
Artikel Terbaru
Selasa, 07 Mei 2024 04:08 WIB | Hukum
KPK resmi tahan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor atas dugaan kasus pemotongan insentif ASN Pemkab Sidoarjo. ...
Kamis, 02 Mei 2024 02:20 WIB | Peristiwa
Pemprov Jatim janji fasilitasi buruh Jatim dialog ke ...
Kamis, 02 Mei 2024 01:05 WIB | Hukum
Mahkamah Konstitusi gelar sidang PHPU sengketa Pileg 2024 dari sejumlah Parpol. ...