Sidoarjo: Sejumlah budayawan menghadiri tradisi mocopat padang bulan di Punden Eyang Surodowo, Desa Seruni Gedangan Sidoarjo. Sarasehan budaya ini digelar Forum Pamong Kebudayaan (FPK) Sidoarjo.
Budayawan yang datang dari hampir seluruh pelosok Jawa Timur memadati halaman punden untuk mengikuti Sarasehan, Macapat dan doa ujub Bulan Purnama, Selasa (20/8/2024), yang digelar sore hingga dini hari.
Ketua FPK Sidoarjo, Ainul Yaqin mengatakan, acara ini tidak hanya semata renungan malam bulan purnama, tetapi lebih pada bagaimana sesama pelaku budaya bisa guyub dan berselaras dalam melakukan upaya pemajuan kebudayaan di Sidoarjo, mengingat tidak sedikit komunitas kebudayaan yang ada di Sidoarjo.
"FPK berkeinginan bagaimana para pelaku budaya di Sidoarjo bisa berselaras satu dengan yang lainnya dalam segala kegiatan kebudayaan," ujarnya.
Dicontohkan juga oleh Mas Noel, sapaan akrab Ainul, yang hadir malam ini ada komunitas Macapat, Dewan Adat, Pecutan, Dalang, Sanggar Tari dan berbagai seniman lain.
Di tempat yang sama, Ketua FPK Jatim, Bagong Sabdo Sinukarto menekankan perlu melakukan pencatatan dan penelusuran sejarah yang ada di setiap kota, termasuk mengangkat nama tokoh bersejarah dari Sidoarjo, salah satunya Sarip Tambak Oso.
Bagong mencontohkan beberapa nama tokoh lokal banyak diubah menjadi nama kearab-araban bahkan ada yang memelesetkan nama tersebut dengan tujuan memparodikan salah satunya nama Sarip Tambak Oso menjadi Sarip Tambah Soro.
Sayangnya pemerintahpun abai, karena dianggap nama besar Sakera, Sawunggaling, Sarip Tambak Oso, Joko Sambang dianggap tokoh fiktif, padahal perjuangan mereka tidak ringan.
"Apa karena nama mereka muncul lewat panggung kesenian hingga nama mereka dianggap fiksi belaka," ujarnya penuh tanya.
Acara ini dihadiri juga oleh para budayawan diantaranya Endah Kuswantoro, Hyang Welldo, Mbah Gimbal, dan beberapa budayawan dari Surabaya, Sidoarjo, Kediri, Mojokerto, Pasuruan, Malang dan Gresik. (kwan-knis)
Editor : heddyawan