Koperasi Berperan Dukung Petani Kopi, itu Kata Menteri PPN

bukti.id
Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa saat hadir dalam launching Golden Wood Coffee di Situbondo. (foto: net)

Situbondo, bukti.id – Penikmat kopi pasti paham dengan cita rasa kopi arabika java ijen raung. Salah satunya, Kopi Kayumas produk kebun di Desa Kayumas, Kecamatan Arjasa, Situbondo.

Akhir pekan kemarin, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa menghadiri peluncuran Golden Wood Coffee atau Kopi Kayumas, di Pendopo Kabupaten Situbondo.

Baca juga: Peduli Pendidikan, Gerojok 1,3 Miliar ke Daerah Tapal Kuda

Pada kesempatan itu, Suharso menekankan pentingnya peran koperasi untuk mendukung permodalan petani kopi arabika java ijen raung, sebagai komoditas unggulan Bondowoso Republik Kopi.

“Kopi Kayumas Situbondo ini juara satu di dunia, dan mudah-mudahan ini bisa dipertahankan terus karena Indonesia dikenal banyak produknya di seluruh daerah,” ujar Suharso, dalam rilisnya, seperti dikutip Antara, Senin (19/4/2021).

Suharso menegaskan perlu kolaborasi berbagai pihak untuk menjaga kelangsungan kopi khas Bondowoso, satu di antaranya dengan memperkuat internal kelembagaan koperasi.

“Agar koperasi dapat lebih optimal sebagai agregator produksi kopi petani, maka petani harus mau menjadi anggota koperasi,” seru dia.

Kopi Kayumas merupakan produk kebun di Desa Kayumas, Kecamatan Arjasa. Kopi ini sudah dikenal sejak zaman Belanda tepatnya pada tahun 1886 dengan nama Van Landem Kayumas hingga tahun 1957. Kekinian, menjelma menjadi Golden Wood Coffee atau Kopi Kayumas.

“Semestinya kopi Kayumas asal Situbondo ini sudah mulai diindustri, sehingga bisa tersebar di seluruh penjuru dunia. Kalau sudah mendapatkan pengakuan dunia internasional, mestinya Situbondo sudah mengindustrikan kopi ini,” ungkap dia.

Suharso merasa bangga dengan penghargaan yang disandang kopi Kayumas, mulai dari tingkat nasional hingga internasional.

“Tentu kami ikut bangga, kopi di Situbondo ini meraih banyak penghargaan nomor satu, baik tingkat nasional maupun internasional,” aku dia.

Baca juga: Omzet Dagangan Gading Meningkat

Jika Kopi Kayumas dikelola dengan baik, lanjut Suharso, maka menjadi daya ungkit perekonomian masyarakat Situbondo.

"Sejauh ini kopi Kayumas dikelola sebatas kelompok-kelompok, yang nilai tambahnya rendah. Ke depan, pemerintah daerah harus bisa mendorong ini menjadi industri,” kata dia.

Menteri yang juga Ketua Umum DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ini berharap, ke depannya potensi komoditas kopi di Situbondo bisa lebih didorong oleh industri-industri, mengingat telah menjadi kopi nomor satu di dunia.

Perlu diketahui, untuk klaster kopi arabika telah dimulai sejak 2010, yang didasari tingkat keberhasilan kebun PTPN XII, kondisi sosial ekonomi masyarakat di sekitar hutan, tinggi rendahnya prospek pasar kopi arabika, serta perkembangan kondisi ekonomi lokal.

Baca juga: 20 Persen APBN untuk Pendidikan Harus Tepat Sasaran

Kopi arabika java ijen raung ini, mendapat Sertifikat Indikasi Geografis (SIG) dan sertifikat internasional yang melatarbelakangi deklarasi Bondowoso sebagai Republik Kopi.

Produktivitas kopi arabika sangat rentan dengan perubahan cuaca, yakni adanya potensi penurunan hingga 40 persen ketika hujan tak menentu dan kemarau panjang.

Kendala lain yang dihadapi petani kopi arabika, fluktuasi harga dan kurangnya nilai tambah produk bagi petani, karena penjualan kopi gelondong basah atau kering.

Selanjutnya kurangnya pengetahuan petani kopi rakyat tentang efektivitas dan efisiensi menanam kopi, serta rendahnya minat generasi muda pada tradisi budidaya kopi.

Pelatihan dan pendampingan budidaya mengenal pengolahan kopi yang benar, serta manajemen usaha, pengemasan sampai pemasaran harus didukung penuh oleh semua pihak. (ant/edd) 

Editor : heddyawan

Pemerintahan
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru