Jakarta, bukti.id – Dalam rangka transformasi sektor kesehatan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyepakati kerjasama dengan Muhammadiyah. Dipilihnya Muhammadiyah, karena memiliki organisasi, sistem dan sumber daya manusia yang mencukupi di sektor kesehatan.
Kerja sama ini ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin dan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir di bidang kesehatan di Lantai 6 Gedung masjid At Tanwir, Jalan Menteng Raya Nomor 62, Jakarta Pusat, Selasa (3/1/2023).
Menkes Budi mengungkapkan, empat pilar kesehatan yang bisa dilakukan transformasi oleh Kemenkes dan Muhammadiyah. Pertama, transformasi layanan primer, seperti Puskemas dan Posyandu di mana Muhammadiyah memiliki kurang lebih 300 unit layanan primer untuk tindakan promotif dan preventif serta mendidik masyarakat agar tidak jatuh sakit.
“Yang paling pas untuk mendidik kesehatan masyarakat adalah ibu-ibu dan Muhammadiyah strong sekali dalam hal ini, dimana memuat narasi kesehatan, dipaketkan dalam bentuk narasi sosial yang diborong oleh ibu-ibu Aisyiyah, sehingga bisa mendidik seluruh masyarakat di level rumah tangga gimana hidup sehat menghindari penyakit,” ujar Budi.
Pilar transformasi kedua, kata Budi, layanan rujukan Rumah Sakit. Menurut Budi, transformasi ini lebih mudah karena Muhamadiyah memiliki 120-an Rumah Sakit yang tersebar di seluruh Indonesia.
Budi berujar,“Pilar ketiga, mengenai sistem ketahanan kesehatan. Kemarin ada bencana Cianjur, kita arahkan seluruh tim ke sana dan salah satu tim yang paling siap adalah tim Muhammadiyah, Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC),”.
Terakhir, pilar keempat adalah, sumber daya manusia atau tenaga kesehatan di mana Muhammadiyah memiliki 173 perguruan tinggi dan 12 fakultas kedokteran.
Menurut Budi, dengan kerjasama yang intens, maka perguruan tinggi Muhammadiyah akan banyak mencetak tenaga-tenaga kesehatan.
Disebutkan Budi, kerjasama dalam pengembangan sistem teknologi kesehatan, dari kimia teknologi menjadi bioteknologi. Menurut dia, Muhammadiyah bisa mengambil bagian dalam mengembangkan bioteknologi sebagai teknologi masa depan kesehatan. Apalagi, Indonesia memiliki modal yang cukup kuat dari sisi sumber daya alamnya.
Sementara itu, Haedar Nashir menyambut baik kerjasama dengan Kemenkes tersebut. Menurut dia, kerjasama tersebut bisa mengembangkan rumah sakit-rumah sakit Muhammadiyah yang siap dengan perubahan untuk meningkatkan kesehatan bangsa.
“Kedua, kita memperkuat basis kesehatan masyarakat di mana Muhammadiyah memiliki ekosistem mencukupi baik dari segi organisasi maupun SDM-nya. Dan ketiga ada kerjasama-kerjasama yang bersifat program, yang nanti akan dikembangkan baik langsung Muhammadiyah-Aisyiyah dan berbagai institusi yang ada di dalamnya,” papar Haedar. (hed)
Editor : heddyawan