Lamongan, bukti – Penempatan pasien perdana yang menempati RS Darurat Covid-19 di Lamongan membengkak. Semula, seperti penjelasan Bupati Fadeli saat peresmian, Kamis (18/6/2020), direncanakan 31 orang. Ternyata, justru bertambah 9 orang.
Evakuasi pasien dari RSUD dr Soegiri ke rumah sakit darurat, atau lebih dikenal dengan sebutan Rumah Sakit Isolasi, atau Observasi Penyakit Infeksi Emerging virus Covid-19, di Jalan Kusuma Bangsa yang baru tuntas Senin petang itu, bertambah menjadi 40 orang. Sebanyak itu terinci 23 pasien PDP dan 17 terkonfirmasi positif Covid-19.
Menurut Humas RSUD dr Soegiri, Budi Wignyo, protokoler pemindahan pasien Covid-19 berbeda dengan pemindahan pasien umum. Tidak bisa sembarangan. Harus hati-hati dengan menyesuaikan situasi lingkungan. Adapun evakuasi hingga memakan waktu selama lima hari, karena dilakukan secara bertahap.
“Semuanya harus diatur sedemikian rupa, Mulai petugas, alat transportasi maupun tempat yang dituju minimal harus benar-benar terjaga dan steril. Harus disemprot disinfektan,” kata Budi, Selasa (23/6/2020) siang.
Demikian juga untuk ruangan yang ditinggalkan pasien, lanjut Budi, juga disterilkan dan disemprot disinfektan hingga diulang dua kali. Ini untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan untuk pemakaian ruangan selanjutnya.
“Setelah dipindahkan di Tempat yang abru, pasien mengaku merasa lebih nyaman. Lebih tenang. Dengan kondisi seperti itu, mudah-mudahan mental dan semangat meningkat untuk mendorong kesembuhannya,” imbuhnya.
RSD Covid-19 hanya ada tiga se Indonesia. Di antaranya di Papua, Yogjakarta dan Lamongan. Dibangun dengan dana berasal dari pemerintah pusat. Pengerjaan super kilat, hanya memakan waktu lima minggu. Sebelumnya, Lamongan sudah memiliki beberapa tempat isolasi. RSUD dr Soegiri, Rusunawa dan Puskesmas Karangkembang, Babat. (ron)
Editor : Redaksi