Jakarta, bukti.id -
Aku Ingin
“Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada”
Puisi berjudul Aku Ingin merupakan salah satu karyanya yang sangat populer di antara sekian banyak karya-karyanya yang lain. Bahkan puisi tersebut beralih wahana menjadi lagu.
Bukan itu saja, puisi berjudul Yang Fana adalah Waktu juga menjadi puisi romantis yang sangat terkenal. Hujan Bulan Juni bahkan diangkat ke layar lebar.
Sayangnya karya-karya fenomenal tersebut hanya akan menjadi kenangan bagi generasi millenial mendatang. Sang penyair, Sapardi Djoko Damono yang telah dirawat selama beberapa waktu lalu mengembuskan nafas terakhirnya di Tangerang Selatan, pada Minggu (19/07/2020) pagi di usia 80 tahun.
Menurut sumber, sastrawan kondang ini sudah masuk ICU di Eka Hospital, BSD akibat menurunnya fungsi organ tubuh.
Kabar ini dibenarkan oleh rekannya, dari Komunitas Teater Keliling, Rudolf Puspa,"Mari kita doa bagi kesehatannya," petiknya melalui akun twitternya pada Jumat (10/07/2020) lalu.
Sapardi merupakan sastrawan Indonesia yang aktif sejak tahun 1950an hingga kini. Tak hanya menulis sajak dan puisi, pria yang lahir pada 20 Maret 1940 itu juga memiliki karya tulis lain berupa esai dan cerita pendek. Pilihan diksi dalam puisi-puisinya sederhana namun mengandung makna mendalam. Tanpa perlu banyak bermetafora, Sapardi membuat pembacanya menyelam jauh dalam kata-kata yang ia ramu. Puisi Hanya bisa kalian jumpai bersama 74 sajak lainnya dalam buku kumpulan puisi Sapardi yang berjudul Melipat Jarak.
Demikian juga dengan puisi berjudul Sajak-Sajak Kecil tentang Cinta, Sapardi menmenjelmakan maksud hati untuk menyatakan “hanya aku yang bisa mencintaimu” dengan analogi-analogi yang begitu cantik sebagai pengantarnya.
Hujan Bulan Juni, Melipat Jarak, Perihal Gendis merupakan deretan karyanya di antara banyak karyanya yang lain yang menjadi buku dan digemari anak-anak muda jaman now. Tak salah bila Sapardi dijuluki maestro puisi dan penulis lintas generasi. Selamat jalan Eyang. (rhm)
Editor : Rahma