x iklan_super_apps
x iklan_super_apps

Mendagri Tito Usul Pilkada Asimetris, Ganjar Pranowo Menolak

Avatar bukti.id
bukti.id
Minggu, 21 Jun 2020 17:03 WIB
Pemilu
bukti.id leaderboard

Jakarta, bukti - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menolak usulan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian soal Pilkada asimetris. Hal ini disampaikan Ganjar saat mengikuti diskusi daring di Jakarta, Sabtu (20/6/2020).

"Kita mau enggak asimetri? Jawabannya sudah jelas tidak mau. Maaf Pak Tito, karena mesti ada satu sistem yang sama, kecuali yang memang sengaja di exclude undang-undang seperti daerah istimewa yang empat itu," ujar Ganjar dalam diskusi daring tersebut.

Karena menurut Ganjar partai politik paling bertanggungjawab untuk mendewasakan masyarakat dan aktor politik dalam proses demokrasi sehingga bisa mewujudkan Pilkada langsung yang benar-benar jurdil. "Proses demokrasinya mari kita latih, partai politik yang paling bertanggungjawab karena mereka yang memiliki fungsi rekrutmen politik dan pendidikan politik," ujar Ganjar.

Seperti diketahui, Mendagri Tito memang beberapa kali mengusulkan Pilkada asimetris. Pilkada asimetris yang dimaksud adalah sistem yang memungkinkan adanya perbedaan pelaksanaan mekanisme pemilihan di setiap daerah. Perbedaan tersebut bisa muncul dikarenakan suatu daerah memiliki karakteristik tertentu seperti kekhususan dalam aspek administrasi, budaya ataupun aspek strategis lainnya.

Misalnya, seperti di DKI Jakarta yang wali kota dan bupati tidak dipilih melalui Pilkada. Hal tersebut dikarenakan status daerah tingkat II di DKI Jakarta bukanlah berstatus daerah otonom tetapi sebagai daerah pembantu. Kondisi ini membuat posisi wali kota dan bupati ditentukan oleh gubernur dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

Pilkada asimetris yang diusulkan Tito, memakai tolak ukur indeks kedewasaan demokrasi (Index Democratic Maturity). Menurut Tito, daerah yang masyarakatnya sudah paham akan demokrasi dan memiliki tingkat kedewasaan politik tinggi yang bisa memilih langsung kepala daerahnya.

Sehingga, kata Tito, Pilkada asimetris bisa meminimalisir dampak-dampak negatif yang muncul karena penyelenggaraan Pilkada langsung. Di antaranya polarisasi masyarakat yang terjadi karena pilihan politik yang berbeda dan mengantisipasi potensi terjadinya politik uang. (aries)

Editor : W Aries

bukti.id horizontal
Artikel Terbaru
Kamis, 02 Mei 2024 02:20 WIB | Peristiwa
Pemprov Jatim janji fasilitasi buruh Jatim dialog ke ...
Kamis, 02 Mei 2024 01:05 WIB | Hukum
Mahkamah Konstitusi gelar sidang PHPU sengketa Pileg 2024 dari sejumlah Parpol. ...
Minggu, 21 Apr 2024 19:32 WIB | Seni Budaya
FPK Jatim gelar halal bihalal dihadiri sejumlah seniman dan budayawan. ...