Tjang, Pengemis yang Didukung Istri dan Rajin Menabung

bukti.id
Tjang, pensiun mengemis dan miliki deposito. (herman)

Surabaya, bukti.id – Tjang menyesal kenapa tidak dari dulu menjadi pengemis. Seandainya dari kecil, hasilnya menyamai teman seprofesi yang punya tabungan berjumlah satu miliar lebih.

Lumayan lama ngobrol dengan pria ini. Bertemu dengannya sekitar dua minggu lalu, saat bersama duduk di bangku depan klinik di Jalan Ngaglik, Surabaya, Jawa Timur.

Baca juga: Siap Fasilitasi Buruh Jatim Dialog ke Pemerintah Pusat, itu Janji Pemprov Jatim

Awal obrolan, mulanya pria yang mengaku bernama Tjang itu, meminta tolong dicocokan angka jarum jam di seluler jadulnya. Kemudian saling bertanya iihwal usaha dan pekerjaan. Lantas dia mengaku tidak punya usaha dan bukan sebagai pegawai kantoran atau pabrik.

“Tapi dulu saya bekerja sebagai pengemis,” aku Tjang blak-blakan tanpa beban.

Dia mulai mengemis saat usianya menginjak kepala lima. Jika dihitung dengan usianya kini, Tjang menjadi pengemis selama 15 tahun. Dan selama rentang waktu tersebut, Tjang mengaku telah mengumpulkan uang setidaknya Rp250 juta dari mengemis.

Sekarang uang tersebut ditabungnya di sebuah bank swasta di Jalan Kembang Jepun Surabaya.

Sedangkan hasil dari teman seprofesi, yang mengemis sejak kecil, konon uangnya terkumpul sekitar Rp1 miliar.

Kini, Tjang berusia 75 tahun, istrinya sudah menibggal dunia sekitar tiga tahun silam. Dua anak perempuannya sudah berkeluarga, dan anak bungsu laki-lakinya entah kemana perginya. Lama sekali Tjang tidak ketemu.

Pria kurus ini mengaku tidak pernah mengecam pendidikan, yang bisa diandalkan untuk mendapat pekerjaan layak. Pada usia remaja hanya terampil sebagai buruh serabutan. Menginjak usia tua, tenaganya jarang dimanfaatkan lagi oleh mereka yang membutuhkan. Justru orang-orang berbalik menaruh belas kasihan padanya.

Baca juga: SE Wali Kota Surabaya Terkait Ramadan dan Idul Fitri 1445 H

“Tidak disuruh angkat-angkat, malah dikasih duit 5 ribu Rupiah,” ujar Tjang.


Sejak itu Tjang mengemis. Karena dirasakan penghasilannya berkurang, dan harus menghidupi istri dan tiga anaknya.

Tjang bercerita setiap pertengahan dan akhir bulan, dia jalan kaki dari Ngaglik hingga Kembang Jepun untuk mengambil uang yang didepositokan di bank. Meskipun tenaganya berkurang dia sudah terbiasa jalan kaki.

Tidak seperti dulu, setiap pagi hari mulai dari Pasar Atom, Jalan Baliwerti sampai Jalan Demak, dan balik lagi melewati Jalan Perak, jalan kaki mengharap belas kasihan dari orang orang. Mengemis.

Baca juga: Orientasi, Pengukuhan dan Pelantikan AELI DPD Jatim Masa Bhakti 2023-2026

Berkali kali menyatakan penyesalan bila melihat saldo temannya yang begitu besar jumlahnya. Tjang tidak malu bila bertemu dengan tetangga, saudara, atau familinya bila ketahuan mengemis. Pekerjaan ini sudah diniati semata-mata demi perut.

“Dan saya menargetkan 15 tahun saya berhenti jadi pengemis,” kata Tjang.

Tjang memang tak ubahnya dengan gelandangan dan pengemis (gepeng) lain yang berkeliaran di Kota Surabaya. Tetapi yang menjadi berbeda, Tjang mengemis tidak dikendalikan seorang joki atau ‘juragan’. Tapi diakui mengemis juga didukung istri, lantaran untuk menyambung hidup.

Kini, Tjang yang dari dulu hidup sederhana, menikmati hidup dengan uang depositonya sendiri. Menurutnya, sejak ada virus corona dan pandemi, jumlah pengemis semakin mbludak. (hrm)

Editor : heddyawan

Pemerintahan
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru