Segera. Anak-anak Pembelajaran Tatap Muka di Sekolah. Kenapa Tidak?!

bukti.id
Bis Sekolah yang disediakan Pemkot Surabaya, bakal beroperasi kembali seiring pelaksanaan PTM (foto: net)

Jakarta, bukti.id – Agar generasi muda Indonesia terhindar dari learning loss atau penurunan capaian pembelajaran, pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas untuk segera dilakukan.

Karena itu, pemerintah meminta semua pihak ikut mendukung pelaksanaan PTM terbatas, yang kian penting dan mendesak.

Baca juga: Riuhnya Hoaks Politik Jelang Pemilu 2024. Rakyat Wajib Cerdas Bersikap

Terkait hal tersebut, Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G Plate menjelaskan, PTM terbatas merupakan upaya menyelamatkan anak-anak Indonesia dari risiko dampak negatif Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) secara berkepanjangan. Jika tak segera menerapkan PTM terbatas, generasi ini dikhawatirkan akan sangat sulit untuk mengejar ketertinggalan ke depannya.

“Percepatan penuntasan vaksinasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) bisa menjadi dorongan untuk mengembalikan anak ke sekolah secara terbatas,” kata Johnny, dalam keterangan resmi, Minggu (19/9/2021).

Baca juga: Legislator Golkar Apresiasi Keberhasilan KPC-PEN Kendalikan Pandemi

Johnny bilang, PJJ yang berkepanjangan bisa berdampak besar dan permanen terhadap para pelajar di Indonesia. Sejumlah dampak yang sangat diantisipasi, di antaranya putus sekolah, penurunan capaian pembelajaran, dan kesehatan mental serta psikis anak-anak.

“Pandemi COVID-19 telah menyebabkan learning loss yang sangat signifikan. Jika dibiarkan secara jangka panjang, semua ini bisa menjadi risiko yang lebih besar dibandingkan risiko kesehatan,” ujar Johnny.

Baca juga: WNI Sumringah Dengar Kabar Sejuk Sri Mulyani

Berdasarkan riset yang dilakukan oleh INOVASI dan Pusat Penelitian Kebijakan (Puslitjak) Kemendikbud Ristek, imbuh Johnny, pendidikan di Indonesia sudah kehilangan 5-6 bulan pembelajaran per tahun. Riset Bank Dunia juga menyatakan, dalam kurun waktu 0,8 sampai dengan 1,3 tahun, compounded learning loss dengan kesenjangan antara siswa kaya dengan siswa miskin meningkat 10 sebesar persen.

Riset yang sama juga menyatakan, jika tingkat putus sekolah di Indonesia meningkat sebesar 1,12 persen, di mana angka tersebut 10 kali lipat dari Angka Putus SD Tahun 2019. Bank Dunia memperkirakan, saat ini di Indonesia ada 118.000 anak usia SD yang tidak bersekolah. (hed)

Editor : heddyawan

Pemerintahan
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru