x iklan_super_apps
x iklan_super_apps

Terobosan Metode Pemurnian Minyak Nyamplung

Avatar bukti.id
bukti.id
Kamis, 01 Apr 2021 06:48 WIB
Pendidikan
bukti.id leaderboard

Surabaya, bukti.id - Ekosistem mangrove yang terus berkurang karena masifnya alih fungsi lahan, menimbulkan kekhawatiran tersendiri terhadap pelestarian pesisir pantai. Melihat permasalahan tersebut, Guru Besar (Gubes) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Prof Setiyo Gunawan ST PhD yang telah dikukuhkan, Rabu (31/3/2021), tergerak mengembangkan alternatif teknologi Batch-wise SolventExtraction untuk pemanfaatan minyak dari biji nyamplung (mangrove) guna menyokong kelestarian dan memaksimalkan kebermanfaatan dari mangrove.

Nyamplung sendiri yang termasuk ke dalam jenis tanaman mangrove associate di tanam di Indonesia sebagai penahan gelombang pasang. Ditambah lagi, setiap bagian dari nyamplung memiliki berbagai manfaat seperti halnya minyak biji nyamplung yang berguna sebagai bahan bakar ataupun sebagai obat dalam meredakan alergi tertentu.

Dosen yang biasa disapa Gunawan tersebut berujar, selama ini belum ada penelitian yang berkaitan dengan pemurnian minyak nyamplung. “Padahal (minyak nyamplung) dapat dimanfaatkan menjadi produk yang bernilai tinggi untuk kebutuhan manusia baik pangan maupun nonpangan,” tuturnya.

Menurut Gunawan, dalam pemurnian minyak nyamplung menjadi sumber minyak pangan perlu diperhatikan pemilihan metode yang tepat. Di mana teknologi yang biasanya digunakan dalam industri saat ini adalah metode secara kimia (chemical refining) dan metode fisika (physical refining). Akan tetapi, kedua metode tersebut memiliki tahapan proses yang dianggap berbahaya.

“Pertama, metode tersebut menggunakan senyawa kimia basa natrium hidroksida yang berlebih pada proses netralisasi sehingga dapat mencemari lingkungan,” jelas dosen Departemen Teknik Kimia ITS tersebut.

Selain itu, lanjutnya, kontaminan yang dihasilkan dari proses menghilangkan sebagian besar bahan pewarna tak terlarut (bleaching) pada minyak pun diragukan kehalalannya. Proses tersebut, ungkap Gunawan, di sebagian besar industri minyak nabati menggunakan karbon aktif yang berasal dari tulang hewan karena harganya murah.

“Namun, hal ini akan menjadi bahaya bila digunakan tulang hewan seperti babi karena tidak memenuhi persyaratan keamanan secara religius bagi umat muslim,” terang Kepala Pusat Kajian Halal (PKH) ITS tersebut.

Masih tentang tahapan proses pemurnian yang ada saat ini, terdapat kandungan senyawa berbahaya 3-Monochloropropane-1,2-diol (MCPD) Ester dalam minyak goreng yang dihasilkan. Di mana aktivasi pembentukan senyawa tersebut terjadi dalam penambahan asam pada proses degumming.

Selain itu, terdapat proses deodorisasi yang perlu menggunakan suhu tinggi dalam prosesnya. “Sehingga diperlukan solusi berupa metode yang efisien agar terbebas dari kandungan senyawa tersebut,” terang alumnus National Taiwan University of Science and Technology (NTUST) ini.

Oleh karena itu, Guru Besar Bidang Teknologi Pangan tersebut mengembangkan pembaharuan teknologi pemurnian minyak goreng dengan metode Batch-wise Solvent Extraction. Metode ini telah terbukti lebih aman dan sederhana karena menggantikan fungsi dan tahapan degumming, neutralization dan bleaching pada metode yang ada saat ini. Tak hanya itu, beban proses deodorisasi lebih ringan karena menggunakan suhu yang lebih rendah untuk operasinya.

Bila dibandingkan dengan kualitas minyak nabati lainnya seperti minyak kelapa sawit, masih terlihat bahwa kualitas minyak nyamplung cukup menjanjikan untuk dipasarkan karena kualitas asam lemak buruknya lebih sedikit daripada minyak kelapa sawit. Sesuai dengan kaidah fiqih, apabila ada dua hal mudharat yang tidak bisa kita hindari semuanya, maka yang kita lakukan adalah memilih mudharat yang lebih ringan.

“Di mana produksi minyak nyamplung secara ekonomi adalah sebesar 7-12 ton hektar per tahun lebih tinggi dibandingkan minyak sawit yang hanya lima ton per tahun,” papar Gunawan.

Dengan demikian, menimbang keunggulannya, gagasan pemanfaatan minyak nyamplung yang disampaikan oleh dosen kelahiran tahun 1976 ini pun dapat mendorong ekonomi hijau yang cocok mendukung program Presiden Joko Widodo (Jokowi). Hal ini dikarenakan tanaman nyamplung memiliki ketahanan yang tinggi terhadap kondisi yang ekstrem, seperti angin kencang, air payau, dan kekeringan. Ditambah lagi, kelestarian ekosistemnya pun dapat mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh bencana tsunami.

Tak luput juga, Gunawan menyatakan bahwa gagasan ini dapat mendukung program Kawasan Industri Halal (Halal Industrial Park) yang dicanangkan oleh Presiden Jokowi karena proses produksinya tidak melibatkan senyawa kimia asam, basa, dan bahan najis. “Sehingga halal sebagai persyaratan mutu, keamanan dan kesehatan dalam penggunaan dan konsumsi produknya bagi konsumen dan pelaku industri pun dapat terpenuhi,” pungkasnya penuh harap. (war)

Editor : W Aries

bukti.id horizontal
Artikel Terbaru
Minggu, 21 Apr 2024 19:32 WIB | Seni Budaya
FPK Jatim gelar halal bihalal dihadiri sejumlah seniman dan budayawan. ...
Selasa, 16 Apr 2024 10:32 WIB | Hukum
KPK tetapkan Bupati Sidoarjo, Gus Muhdlor sebagai tersangka kasus korupsi di BPPD Sidoarjo. ...
Sabtu, 30 Mar 2024 19:23 WIB | Seni Budaya
Mengulang kegiatan tahun sebelumnya, FPK Pasuruan gelar Tadarus Puisi di Bulan Suci. ...