x iklan_super_apps
x iklan_super_apps

Capres-cawapres Bakal Muncul dari Tiga Poros Koalisi Parpol

Avatar bukti.id
bukti.id
Selasa, 01 Jun 2021 10:18 WIB
Pemilu
bukti.id leaderboard

Jakarta, bukti.id – Kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) masih tiga tahun ke depan. Namun, sudah bersliweran nama-nama tokoh yang diprediksi bakal menjadi pasangan Calon Presiden (capres) dan Calon Wakil Presiden (cawapres), melalui sejumlah poros kekuatan partai politik (parpol).
Bahkan bermunculan rilis beberapa lembaga survei terkait elektabilitas sejumlah tokoh yang digadang-gadang jadi pasangan capres-cawapres.
Di mata seorang pengamat politik, Pangi Syarwi Chaniago, sebenarnya Indonesia memiliki capres potensial yang melimpah.
“Namun, mesti realistis. Karena dalam sistem politik ada pemberlakuan ambang batas presidential threshold (PT) 20 persen. Dengan PT 20 persen akan menjadi penghalang sehingga tokoh-tokoh potensial tersebut akan layu sebelum berkembang,” ujar Pangi, dalam keterangannya, Senin (31/5/2021).
Menurut Pangi, kondisi demikian pada akhirnya akan membunuh talenta-talenta potensial, dan menyisakan ruang permainan hanya berputar-putar pada permainan tingkat partai papan atas, sebagai otoritas pemegang kendali pemberian tiket pencapresan pada siapa diinginkan melalui lobi-lobi politik belakang layar.
Pria yang kesehariannya sebagai Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting itu berujar,”Tiket itu menjadi otoritas partai politik. Pun, elektabilitas racikan elektoral yang tinggi seakan-akan percuma,”.
Dijelaskan, merujuk pemilu sebelumnya, maka dipastikan otoritas tiket hanya akan dimonopoli parpol-parpol papan atas.
“Sehingga nama-nama yang berseliweran hari ini pada lembaga lembaga survei hanya akan menjadi hiasan di pemberitaan media, dan akan hilang bahkan sebelum pestanya dimulai,” tukas Pangi.
Elektabilitas, sergah Pangi, bukan kunci mendapatkan tiket pencapresan. Meski Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, atau Ridwan Kamil memiliki elektabilitas tinggi, namun tetap parpol yang menentukan nama-nama yang diusung.
“Adanya president threshold 20 persen, elektabilitas dan popularitas terkadang tak punya korelasi linear terhadap proses pencapresan, kalau pun iya tapi tidak menjadi faktor mutlak, itu bisa jadi bonus,” ucap Pangi.
Dengan kondisi tersebut, Pangi menilai bukan tidak mungkin nanti ada figur capres bukan berlatarbelakang kepala daerah, menteri, atau ketua umum.
“Saya pikir nanti akan ada juga capres kaget, publik terkaget bahkan bukan tidak mungkin nama-nama capres di luar cluster kepala daerah, menteri dan ketua umum parpol,” jelas Pangi.
Simulasi capres, menurut Pangi, hanya akan berputar-putar pada partai-partai itu-itu saja karena bisa memenuhi PT. Hal ini lantaran sistem pemilu yang membatasi ruang gerak capres potensial.
Pangi mencontohkan,“Semisal PDIP, Gerindra dan Golkar, sisanya gabungan partai papan tengah Itupun kalau tidak ada koalisi gemuk yang menggembosi partai papan tengah,”.
Menurut Pangi, bila ingin sesuatu yang baru dan Pilpres 2024 lebih atraktif maka presidensial threshold harus dihapuskan. Namun, bila dengan PT 20 persen maka diprediksi akan ada tiga poros koalisi di Pilpres 2024.
“Perkiraaan saya bakal ada tiga poros nanti cukup potensial pada Pilpres 2024,” ujar Pangi.
Poros pertama, yaitu koalisi PDI Perjuangan-Gerindra-PKB, dengan simulasi mengusung pasangan Prabowo Subianto-Puan Maharani.
Selanjutnya, kata Pangi, poros kedua diisi koalisi NasDem-PKS-Demokrat, dengan simulasi pasangan Anies Baswedan-Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Kemudian, poros ketiga yakni koalisi alternatif Golkar-PPP-PAN, dengan simulasi pasangan seperti Airlangga Hartarto, Erick Tohir.
“Terlepas dari partai mana yang nanti meminangnya menjadi capres termasuk nama Ganjar Pranowo, Sandiaga Uno dan Ridwan Kamil,” kilah Pangi.
Pangi bilang, selama ini dalam koalisi politik, lebih kuat DNA berbasiskan kekuasaan pragmatis ketimbang ideologis. Namun, tetap harus mendorong lebih dari dua pasang calon presiden.
Pangi merujuk data survei Voxpol Center bahwa sebesar 40,6 persen ingin Pilpres 2024 diikuti lebih dari 2 pasang capres/cawapres. Atau bisa memunculkan sebanyak mungkin capres alternatif, meskipun terbentur PT 20 persen.
“Jangan sampai terulang rematch pilpres bipolar, akibatnya keterbelahan publik makin menganga lukanya, karena nggak ada capres alternatif sebagai pemecah gelombang dua kutub tersebut,” harap Pangi. (hed)

Editor : heddyawan

bukti.id horizontal
Artikel Terbaru
Minggu, 21 Apr 2024 19:32 WIB | Seni Budaya
FPK Jatim gelar halal bihalal dihadiri sejumlah seniman dan budayawan. ...
Selasa, 16 Apr 2024 10:32 WIB | Hukum
KPK tetapkan Bupati Sidoarjo, Gus Muhdlor sebagai tersangka kasus korupsi di BPPD Sidoarjo. ...
Sabtu, 30 Mar 2024 19:23 WIB | Seni Budaya
Mengulang kegiatan tahun sebelumnya, FPK Pasuruan gelar Tadarus Puisi di Bulan Suci. ...