x iklan_super_apps
x iklan_super_apps

Lima Skema untuk UMKM agar Bergeliat Lagi

Avatar bukti.id
bukti.id
Rabu, 03 Jun 2020 08:06 WIB
Ekonomi
bukti.id leaderboard

Jakarta, bukti – Pandemi Covid-19 merubah segalanya, tak terkecuali sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Indonesia, yang terimbas dari virus ini. Nyaris semua sisi di sektor UMKM terpukul. Melalui Kementerian Koperasi dan UKM, Pemerintah pun merumuskan lima skema untuk menjawab berbagai masalah tersebut.

Dalam sebuah diskusi daring tentang Pemulihan Ekonomi Nasional bagi UMKM di Era Tatanan New Normal Pendemi Covid-19, Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, mengakui jika pandemi Covid-19 sangat berdampak pada sektor UMKM. Dan, pihaknya juga memberikan solusi agar pelaku UMKM mampu bergeliat kembali di tengah pandemi dan menjelang era new normal.

“Saat ini, sektor UMKM yang sangat terdampak. Pelaku UMKM, terkena dampak baik dari sisi permintaan maupun pasokan. Data dari Call Center KemenkopUKM menyebut, bahwa yang paling terpukul adalah sisi permintaan dan pemasaran. Dari sisi pasokan juga menyangkut SDM yang turun. Juga, harga bahan baku meningkat,” papar Teten dalam diskusi yang digelar Komite Pengusaha Mikro Kecil Menengah Indonesia Bersatu (Kopitu), kemarin.

Teten menyebut, pemerintah sudah merumuskan lima skema untuk menjawab masalah-masalah tersebut. Di antaranya melalui program bantuan sosial (Bansos) untuk usaha ultra mikro, insentif pajak, stimulus pembiayaan, pinjaman baru yang dipermudah, serta BUMN sebagai penyangga bagi produk-produk sektor pertanian dan perikanan.

Lima skema dimaksud berlaku hingga September 2020. Jika lewat dari itu, maka beban APBN akan sangat berat.

“Saat ini pun kita sudah defisit, maka pemerintah menerbitkan Perppu untuk mencari pinjaman baru, menerbitkan surat utang. Dan itu bukan hal yang mudah,” ujar Teten.

Di sisi lain, terkait peluang di market online, Teten melihat selama PSBB, ada perilaku konsumen yang berubah. Penjualan di e-commerce mulai Maret 2020 terus meningkat. Pencapaianya hingga 18 persen.

“Ini luar biasa. Kebijakan ‘di rumah saja’ mendorong penjualan kebutuhan primer, di mana kebutuhan masyarakat akan makan dan minum selama PSBB paling banyak dari UMKM naik 52,6 persen, keperluan sekolah naik 34 persen. Kebutuhan personal seperti masker dan hand sanitizer, juga tumbuh 29 persen,” urai dia.

Teten juga bilang, jika dirinya melihat banyak pelaku UMKM melakukan adaptasi dan bisnis terhadap permintaan baru. “Saya optimistis, UMKM selalu fleksibel dan dinamis untuk melihat peluang usaha baru,” imbuh dia.

Namun, Teten juga mengakui jika UMKM yang terhubung dengan market online ini baru sekitar 13 persen, atau sekitar delapan juta pelaku usaha. Sementara yang 70 persen selebihnya belum terhubung, karena tidak memiliki infrastruktur dasar, termasuk minim literasi.

Bahkan, Teten sudah meminta para pelaku e-commerce untuk membuka laman UMKM di market mereka supaya produk UMKM semakin banyak dijual di market online. Sehingga, market online tidak didominasi produk impor.

Selain itu, bagi UMKM yang belum terhubung dengan sistem pembiayaan, akan bisa langsung masuk ke program relaksasi. Dengan begitu, nantinya seluruh UMKM bisa terhubung dengan sistem pembiayaan.

Kepada Kopitu, Teten berharap agar lembaga ini bersedia membantu mendorong mereka yang selama ini belum pernah mendapat pembiayaan dari perbankan atau KUR, untuk bisa mendapatkan pembiayaan dari program relaksasi itu, atau ke koperasi simpan pinjam. Aktivasi dan perluasan penyerapan pasar (market driven) juga menjadi program KemenKopUKM selama ini untuk mendorong perbaikan UMKM agar bisa naik kelas.

“Ini yang sedang kami terus carikan solusinya. Kebanyakan UMKM ini tidak memiliki toko, pasar pun terbatas di lingkungan sekitar, maka menjadi penting untuk didorong masuk ke market online. Walaupun nanti sudah terhubung dengan market online, tidak berarti semerta-merta penjualan langsung meningkat,” papar dia.

Teten berpesan, persaingan di market online dari sisi brand dan kualitas juga menjadi faktor yang penting. Problem utama di UMKM, brand UMKM terlalu banyak untuk satu jenis produk. Misalnya, produk kopi, keripik, bakpia, dan sebagainya. Pihaknya akan konsolidasi lewat Smesco Indonesia, yang akan meluncurkan skema brand bersama. (kur)

Editor : heddyawan

bukti.id horizontal
Artikel Terbaru
Kamis, 02 Mei 2024 02:20 WIB | Peristiwa
Pemprov Jatim janji fasilitasi buruh Jatim dialog ke ...
Kamis, 02 Mei 2024 01:05 WIB | Hukum
Mahkamah Konstitusi gelar sidang PHPU sengketa Pileg 2024 dari sejumlah Parpol. ...
Minggu, 21 Apr 2024 19:32 WIB | Seni Budaya
FPK Jatim gelar halal bihalal dihadiri sejumlah seniman dan budayawan. ...