Jakarta, bukti.id – Ada Diaz ada PKPI. Menyebut PKPI selalu erat dengan nama Diaz. Iya, itu dulu. Kini, Diaz ‘bercerai’ dengan PKPI. Sebuah ancaman bagi PKPI untuk menjadi partai politik besar dalam konstalasi perpolitikan Indonesia.
Sejumlah pemerhati politik memprediksi mundurnya Diaz Hendropriyono dari jabatan ketua umum Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI), bakal berdampak besar bagi PKPI.
Baca juga: Merasa Suara Hilang di Pileg 18 Provinsi, PPP Ajukan Gugatan ke MK
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review, Ujang Komarudin, misalnya. Ujang menilai, mundurnya Diaz akan membuat PKPI semakin sulit bersaing dengan partai politik lain.
“Partai akan sulit tuk bisa bersaing mengarungi politik Indonesia, yang tak begitu memihak pada partai-partai kecil, termasuk pada PKPI,” ujar Ujang, dalam sebuah kesempatan, belum lama ini di Jakarta.
Ujang menyebutkan, sulit bagi PKPI menjadi partai politik besar bila ditinggal Diaz. Dengan mundurnya Diaz, dia memprediksi PKPI akan semakin karam.
Baca juga: Tolak Hasil Pilpres 2024. Tim Ganjar-Mahfud dan AMIN Ajukan Gugatan ke MK
“Diaz Hendropriyono punya back up ayahnya, AM Hendropriyono. Jika Diaz mundur, akan sulit mencari figur yang bisa membesarkan PKPI. Kalau pun ada, mestilah orang yang punya kekuatan finansial jumbo,” cetus dia.
Pandangan yang sama juga diungkapkan Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno.
Adi menyebut, mundurnya Diaz bakal berdampak sangat signifikan bagi PKPI. Ini karena figur Diaz dinilai cukup vital lantaran mampu membuat PKPI menjadi partai politik yang lebih solid.
Baca juga: Pedih... PPP dan PSI Tak Dapat Kursi DPR RI
"Tak mudah bagi ketum baru untuk mengonsolidasi kekuatan internal, dan ekspansi merambah dukungan eksternal. Apalagi di tengah pandemi, keadaan serba terbatas untuk melakukan kampanye politik," ujar Adi kepada jurnalis, baru-baru ini.
Agar tetap eksis, lanjut dia, PKPI perlu melakukan upaya ekstra agar bisa bersaing dengan partai lain pada Pemilu 2024. Tak ada pilihan lain, PKPI harus bekerja keras dari sekarang. (hea)
Editor : heddyawan