Jakarta, bukti – Wakil Ketua Komisi VI DPR RI, Aria Bima, memberi apresiasi terhadap terobosan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir terkait upaya pencegahan penyebaran Covid-19. Aria menilai upaya tersebut agar segera diproduksi demi kemandirian kesehatan Bangsa Indonesia. Dengan situasi pandemi dibutuhkan terobosan kebijakan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat.
“Harus segera diwujudkan mana-mana yang bisa segera diproduksi untuk kemandirian alat kesehatan kita. Terus terang situasi ini kan ada dampak ringan, menengah dan Panjang. Keputusan Erick Thohir itu sudah tepat dan benar namun harus diakselesarikan dengan berbagai instrument yang ada," ujar Aria, Kamis (14/5/2020) kemarin.
Sebelumnya, diketahui, Menteri Erick Thohir memerintahkan sejumlah perusahaan di lingkungan BUMN untuk terus meningkatkan kapasitas di Rumah Sakit milik BUMN, memproduksi alat kesehatan dan obat-obatan dalam negeri.
Tercatat, tak lama lagi PT Biofarma (BUMN) akan memproduksi sebanyak 50.000 alat tes corona berjenis Polymerase Chain Reaction (PCR) yang disebarkan ke suluruh Indonesia. Kemudian, PT Len Industri (Persero) mulai memproduksi ventilator darurat untuk penanganan pasien Covid-19 yang menggunakan komponen lokal dan desain dari BPPT dan ITB.
Aria mengatakan, struktur pasar ini berubah, yang mana alkes dan pangan menjadi consumption terbesar. BUMN harus segera proaktif untuk menjadikan ini sebagai momentum untuk kemandirian terhadap industri farmasi baik itu obat-obatan dan alat kesehatan.
“Ke depan, mungkin akan terjadi lagi kasus dan gejala yang sama dengan pandemi Covid-19. Untuk menghadapi hal tersebut, industri farmasi Indonesia harus mampu menjawab permasalahan itu. Bagaimana kita mampu mengatasi? ventilator terbatas, bahan baku masker saja tergantung India, Vitamin C saja kita bahan bakunya tergantung, inikan yang membuat kondisi mengatasi penyebaranya mengalami berbagai persoalan karena ketidak mampuan kita,” sergah Aria.
Lewat BUMN, harap Aria, negara hadir untuk mencukupi kebutuhan obat-obatan dan alat kesehatan dengan memproduksi kebutuhan dalam negeri. Selain itu, agar BUMN tidak hanya fokus terhadap industri farmasi namun secara keseluruhan terhadap perusahaan yang bernaung dibawahnya.
“BUMN ini jangan hanya dilihat ke farmasi tetapi juga bagaimana melihat BUMN itu sebagai development, jadi bukan hanya cost and profit tapi cost and benefit," kata dia.
Aria bilang, keuntungan yang paling nyata adalah kontribusi BUMN terhadap peningkatan produk domestik bruto. Terutama usaha untuk menciptakan investasi yang membuka lapangan kerja dan menekan impor.
“Tugas benefit rasio dalam kepentingan Bangsa jangan hanya benefit korporasi saja, jadi secepat mungkin membuat langkah terobosan untuk kita bisa memproduksi indrusri farmasi, obat-obatan dan alat kesehatan,” papar dia.
Karena itu, Aria menekankan, selain mencukupi kebutuhan dalam negeri, kemudian korporasi mendapatkan keuntungan, BUMN juga berkontribusi untuk meningkatkan Produk Domestik Bruto, “BUMN jangan hanya dihitung untuk perusahaan dan setor deviden, tapi bagaimana ikut mendukung terhadap pertumuhan ekonomi nasional dalam hitungan meningkatkan produk domestik bruto,” tutup Politisi Fraksi PDI Perjuangan ini. (ihs)
Editor : Redaksi