Sumenep, bukti – Musim hujan yang tidak menentu, ditambah pandemi Covid-19, berpotensi memundurkan jadwal tanam pada musim tanam (MT) padi ke 2. Kondisi itu mendorong petani untuk mencari solusi, di antaranya penerapkan inovasi persemaian kering rusunawa.
Inovasi merupakan salah satu terobosan di bidang pertanian untuk mempercepat luas tambah tanam (LTT) ini, diharapkan mampu mengantisipasi ancaman krisis pangan di tanah air.
“Kami mengambil langkah dengan menerapkan inovasi persemaian kering rusunawa, karena pola tanam padi di Kabupaten Sumenep juga sangat tergantung dari curah hujan,” kata penyuluh pertanian di Kecamatan Kalianget, Kabupaten Sumenep, Madura, Dewo Ringgih, Rabu (20/5/2020).
Biasanya, tandas Dewo, petani melakukan MT kedua pada Maret. Namun saat ini kondisi MT mengalami kemunduran tanam. Untuk menyiasati hal tersebut, dia memberikan penyuluhan untuk menerapkan persemaian kering Rumah Susun Pengganti Lahan Sawah atau disebut juga Rusunawa, agar masa tanam dapat dipercepat. Persemaian kering bisa dilakukan di pekarangan rumah petani.
Inovasi ini kali pertama diterapkan seorang petani dari Poktan Sumber Tani Kecamatan Kalianget. Persemaian yang biasa dilakukan petani di lahan sawah minimal membutuhkan waktu kurang lebih 21 hari setelah sebar untuk bisa ditanam, jika persemaian kering dilakukan di pekarangan paling tidak bisa mempercepat masa tanam hingga 20 hari.
"Selain itu, keunggulan dari persemaian kering ini tidak membutuhkan biaya yang sangat banyak dibandingkan jika petani melakukan persemaian di sawah,” kata Dewo.
Inovasi yang dilakukan ini mendapat respons dan antusiasme dari para petani setempat. Sebab, inovasi ini mempercepat masa tanam dan memudahkan petani untuk merawat bibit sehingga kualitas bibit akan jauh lebih bagus jika dibandingkan bibit dengan persemaian di sawah. (edd)
Editor : Redaksi