x iklan_super_apps
x iklan_super_apps

Tiga Langkah Penting, Beralih ke Zona Hijau Covid-19

Avatar bukti.id
bukti.id
Selasa, 14 Jul 2020 16:38 WIB
Peristiwa
bukti.id leaderboard

Jakarta, bukti.id - Penularan virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 masih terjadi di Indonesia. Data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), negara dengan kasus positif dan kematian terbesar akibat COVID-19 antara lain Amerika Serikat, Brazil, Peru, India dan Rusia. Kendati demikian, hal ini tidak menjadikan Indonesia lengah tetapi justru semakin waspada.

Kerja sama dan gotong royong semua pihak harus terus dilakukan dalam upaya memutus rantai penyebaran COVID-19. Upaya yang dilakukan secara bersama-sama itu sekaligus membuat Indonesia dapat mencapai angka kesembuhan sekitar 50 persen dari seluruh total kasus positif COVID-19. Pemerintah melalui Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 (Gugus Tugas Nasional) mencatat angka kesembuhan per 13 Juli 2020 mencapai 36.689 orang.

Selain itu, Tim Pakar Gugus Tugas Nasional juga mencatat perkembangan zonasi risiko kabupaten/kota per 5 Juli 2020, sebanyak 20,2 persen dari 514 kabupaten/kota di Indonesia masuk dalam zona hijau atau zona tidak tercatat kasus/terdampak COVID-19. Hal ini membuat pemerintah daerah dan masyarakat yang tinggal di zona hijau dapat melakukan aktivitas dengan produktif yang aman COVID-19, tentunya dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.

Duta Adaptasi Kebiasaan Baru Gugus Tugas Nasional Dokter Reisa Broto Asmoro menjelaskan bahwa dampak negatif dari COVID-19 membuat jutaan orang kehilangan pekerjaan sehingga mempengaruhi kondisi fisik dan mental yang akhirnya mempengaruhi kesehatan masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, sangat penting untuk membangun kembali produktivitas masyarakat dengan protokol kesehatan yang ketat.

"Aktivitas masyarakat harus ditingkatkan dengan protokol kesehatan yang ketat, ini yang kita sebut sebagai adaptasi kebiasaan baru," jelas Dokter Reisa dalam konferensi pers di Media Center Gugus Tugas Nasional, Jakarta (14/7/2020).

Indonesia yang merupakan negara kepulauan tentunya akan menghadapi perbedaan dalam upaya beradaptasi dengan kebiasaan baru. Perbedaan luas wilayah dan kepadatan penduduk membuat tingkat risiko dari setiap daerah berbeda-beda.

"Sebagaimana umumnya beradaptasi dengan kebiasaan baru, sebagian dari kita ada yang lebih cepat, ada juga yang membutuhkan waktu lebih," ungkapnya.

Selanjutnya, Dokter Reisa juga mengajak seluruh daerah yang masih berada di zona merah, orange dan kuning untuk dapat mencontoh daerah yang berada di zona hijau.

"Jadi mari kita contoh daerah yang berhasil mempertahankan dan membuat suatu daerah berada di zona hijau," ungkapnya.

Dokter Reisa menjelaskan tiga 'jurus jitu' bagi daerah-daerah di Indonesia agar mampu berhasil masuk ke zona hijau sehingga aktivitas sosial dan ekonomi dapat kembali berjalan dengan produktif namun tetap aman COVID-19.

"Pertama, kerja keras dan pengawasan ketat oleh Gugus Tugas Daerah dan seluruh pimpinan daerah," katanya.

Kedua, kedisiplinan dan kepatuhan seluruh anggota masyarakat. Peraturan yang telah ditetapkan dapat berhasil menekan potensi penularan COVID-19 pada suatu daerah jika didukung dengan kepatuhan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan.

"Ketiga, kesadaran bahwa daerah hijau akan membuat masyarakat lebih produktif namun tetap aman COVID-19," lanjut Dokter Reisa.

Dokter Reisa menambahkan bagi daerah yang berada di zona kuning (risiko rendah), zona orange (risiko sedang) dan zona merah (risiko tinggi), harus membatasi beragam aktivitas karena dapat memicu penularan COVID-19. Kerja sama antara pemerintah daerah dan seluruh elemen masyarakat sangat dibutuhkan untuk melahirkan semangat dalam mencapai keberhasilan suatu daerah dapat menjadi zona hijau. Dengan begitu, beragam aktivitas sosial maupun ekonomi dapat kembali berjalan dengan produktif dan tetap aman COVID-19.

Perkembangan Penanganan Kasus COVID-19

Penanganan kasus COVID-19, hingga hari ini tercatat kasus positif yang teridentifikasi beberapa minggu terakhir dari hasil pelacakan atau tracing yang dilakukan secara masif. Selain tracing, juga yang dilakukan pemeriksaan laboratorium secara masif.

"Sebagian besar kasus yang kita dapatkan adalah kasus-kasus yang tidak ada indikasi untuk dirawat di rumah sakit," ujar Yurianto.

Melihat kondisi ini, mereka yang terpapar virus untuk melaksanakan kegiatan isolasi secara mandiri di rumah.  "Ini yang harus kita awasi agar, mereka bisa menjalankan dengan baik, bisa menjalankan secara lebih ketat, dan disiplin agar dalam 14 hari melakukan isolasi mandiri bisa didapatkan hasil yang baik dan nanti menjadi negatif," ujarnya.

Lanjut Yurianto, masih banyak masyarakat yang belum menjalankan protokol kesehatan dengan baik. Banyak yang belum secara disiplin dan konsisten untuk menggunakan masker. Ini yang menjadi salah satu penyebab penambahan kasus akan terus-menerus terjadi.

"Tidak menggunakan masker, tidak menjaga jarak. Oleh karena itu, kami mengingatkan sekali lagi bahwa, upaya untuk mengendalikan sebaran ini kuncinya ada di kita," tegasnya.

Kunci pencegahan ada pada kesungguhan dalam mematuhi protokol kesehatan, yaitu menjaga jarak setidak-tidaknya satu sampai dua meter dengan orang lain. Kemudian, penggunaan masker secara benar.

"Kita harus meyakini bahwa menggunakan masker harus dilakukan, sekalipun kita merasa berada di tengah orang-orang yang sudah kita kenal," lanjutnya.

Ia mengingatkan tetap menggunakan masker meskipun berada di dekat teman kerja yang sudah kita kenal. Tetap memakai masker karena, kesalahan justru terjadi di tempat yang seperti itu.  

Yurianto menggarisbawahi bahwa kita tidak tahu siapa yang terkena dan kemudian, membawa virus ini yang berada di sekitar kita. Oleh karena itu, ia menyampaikan kepada masyarakat untuk menggunakan masker, mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir sesering mungkin. Setiap individu diminta proaktif untuk mematuhi etika berada di ruang publik, seperti kendaraan umum, tempat kerja, pasar.

"Kami memberikan beberapa contoh yang mungkin lebih mudah bahwa, penularan ini bisa dilakukan oleh droplet yang ukurannya kecil yang bisa melayang di udara dalam waktu yang relatif lama. Apalagi, ruangan itu tanpa sirkulasi udara sama sekali," ujarnya.

Per hari ini, tercatat jumlah pemeriksaan mencapai 13.100 spesimen. Dari pemeriksaan spesimen tersebut, jumlah terkonfirmasi positif 1.282 orang. Total kasus positif COVID-19 menjadi 76.981 kasus.

Total kasus sembuh yang dilaporkan, 1.051 orang sembuh sehingga, akumulasi totalnya menjadi 36.689 orang. Kasus yang meninggal dunia, 50 orang dan total hari ini menjadi 3.656 orang. (*)

Editor : Tudji

bukti.id horizontal
Artikel Terbaru
Selasa, 07 Mei 2024 04:08 WIB | Hukum
KPK resmi tahan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor atas dugaan kasus pemotongan insentif ASN Pemkab Sidoarjo. ...
Kamis, 02 Mei 2024 02:20 WIB | Peristiwa
Pemprov Jatim janji fasilitasi buruh Jatim dialog ke ...
Kamis, 02 Mei 2024 01:05 WIB | Hukum
Mahkamah Konstitusi gelar sidang PHPU sengketa Pileg 2024 dari sejumlah Parpol. ...